Selasa, 17 Maret 2015

Proses Komprehensi dan Persepsi Ujaran

Resume Psikolinguistik
C.    Proses Komprehensi dan Persepsi Ujaran

1.      Proses Komprehensi
Komprehensi merupakan proses ketika orang menerima input untuk kemudian disimpan dalam memori. Proses komprehensi adalah penerimaan kosakata dalam suatu bahasa yang baru saja diketahui dan dipahami. Proses komprehensi merupakan kemampuan menerima dan menyerap kata-kata pada saat pertama kali didengar.
2.      Persepsi Ujaran
Manusia dapat mempersepsi ujaran dengan meramu bunyi-bunyi yang didengar sedemikian rupa sehingga bunyi-bunyi itu membentuk kata yang tidak hanya bermakna tetapi juga cocok dalam kontek kata-kata itu dipakai.

a.       Masalah dalam Mempersepsi Ujaran
Masalah yang dihadapi dalam mempersepsi ujaran seperti proses menangkap dan mencerna bunyi-bunyi yang diujarkan dengan kecepatan, proses menangkap dan mencerna bunyi-bunyi yang diujarkan secara tidak utuh, dan perbedaan suara antara penutur (suara wanita,pria, atau anak-anak).

b.      Mekanisme Ujaran
Ujaran dihasilkan oleh alat ucap mulai dariparu-paru hingga bibir. Sumber bunyi adalah paru-paru, udara dari paru-paru dihembuskan melewati glotal dan lewat melalui saluran di tenggorokan yang dinamakan faring dan dilanjutkan ke mulut atau hidung.
Pada mulut terdapat dua bagian yaitu bagian atas danbagian bawah. Bagian yang aktif dalam berbicara adalah bagian atas yang disebut alat ucap aktif sedangkan bagian atas disebut alat ucap pasif. Bagian-bagian alat ucap aktif yaitu bibir, gigi, alveolar, palatal, uvula, lidah, pita suara, faring, rongga hidung, dan rongga mulut.

1)      Proses Pembuatan Bunyi
Perbedaan antara kedua macam terletak pada cara pembuatannya.
a)      Pembuatan Bunyi Konsonan
Bunyi konsonan dibuat karena adanya hambatan oleh artikulator (alat ucap) antara alat ucap bagian atas dan alat ucap bagian bawah. Bunyi itu terjadi karena adanya faktor yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi yang berbeda. Faktor tersebut sebagai berikut.
i)         Titik artikulasi yaitu tempat artikulator itu berada, berdekatan, atau berlekatan.
ii)       Cara artikulasi yaitu cara udara dari paru-paru itu dilepaskan.
iii)     Pita suara yaitu cara membuka pita suara dengan cara terbuka penuh, agak tertutup, atau tertutup.

b)      Pembuatan Bunyi Vokal
Bunyi vokal tidak mendapatkan hambatan saat pengucapan, kriteria membentuk bunyi vokal adalah.
i)          Tinggi-rendahnya lidah
ii)        Posisi lidah
iii)      Ketegangan lidah
iv)      Bentuk bibir
c)      Fonotaktik
Fonotaktik adalah sistem pengaturan fonem pada suatu bahasa.  Struktur sukukata dapat dikatakan sebagai pengaturan fonem pada suatu bahasa.
d)     Struktur Suku Kata
Struktur sukukata pada bahasa Indonesia menurut Alwi sebagai berikut.
Struktur Sukukata
Contoh
V
KV
VK
KVK
KKV
KVKK
KKVK
KKKV
KKKVK
KKVKK
KVKKK
a-mal
ba-ik
ba-ik
ak-bar
pu-tra
teks-til
plin-plan
stra-tegi
struk-tur
kom-pleks
korps


e)      Fitur Distingtif
Fitur-fitur distingtif adalah hal yang dapat membedakan antara bunyi yang diucapkan dengan alat ucap yang sama. Fitur distingtif yang ada pada konsonan adalah: vokalik dan konsonantal, anterior, koronal, kontinuan (continuant), straiden (strident), nasal, vois. Untuk bunyi vokal fitur-fitur distringtifnya adalah tinggi, vokalik, belakang, bundar, dan tegang.
f)       Voice Onset Time
VOT (Voice Onset Time) adalah waktu antara lepasnya udara untuk pengucapan suatu konsonan dengan getaran pita suara untuk bunyi vokal yang mengikutinya. Penutur asli suatu bahasa akan tepat mengucapkan bunyi-bunyi dalam bahasa mereka karenaVOT mereka akurat, sebaliknya seorang asing tidak setepat penutur asli.

2)      Transmisi Bunyi
Transmisi bunyi adalah cara penghantaran bunyi dari alat ucap ke alat pendengaran manusia yang dibantu oleh gelombang udara yang bergerak dari depan mulut penutur ke arah pendengaran  kemudian melalui syaraf-syaraf sensori bunyi dihantarkan ke otak dan terjadilah penerjemahan yang diterjemahkan karena adanya pengetahuan tentang suatu bahasa. Tanpa adanya gelombang udara maka bunyi bahasa yang diucapkan tidak akan tersampaikan dan tanpa pengetahuan tentang bahasa maka pendengar tidak akan mengerti maksud yang ingin disampaikan oleh penutur.

c.       Persepsi Terhadap Ujaran
Persepsi bunyi dilakukan manusia dengan memahami keseluruhan dari bahasa tersebut, walaupun bunyi tidak diucapkan sama persis karena dipengaruhi lingkungan dan lain hal namun penutur yang memahami bahasa tersebut dengan sempurna maka mereka akan mampu menerjemahkan atau memahaminya. Namun demikian manusia tetap saja mempersepsi bunyi-bunyi bahasanya dengan baik dengan dilakukan melalui tahap-tahap tertentu. Pada dasarnya ada tiga tahap dalam pemrosesan persepsi bunyi (Clark & Clark, 1977): Tahap auditori, Tahap fonetik, dan Tahap fonologis.

d.      Model-model untuk Persepsi
Untuk memahami cara manusia mempersepsi bunyi sehingga akhirnya dapat terbentuk komperhensi ada beberapa model.
1)      Model Teori Motor untuk Persepsi Ujaran
Model ini mengemukakan bahwa manusia mempersepsi bunyi dengan memakai acuan seperti pada saat dia memproduksi bunyi.
2)      Model Analisis dengan Sintesis
Model ini menyatakan bahwa pendengar mempunyai sistem produksi yang dapat mensintesiskan bunyi sesuai dengan mekanisme yang ada padanya.
3)      Fuzzy Logical Model
Model ini menyatakan pemilihan bentuk yang ideal pada suatu kata yang dianggap cocok dan sesuai.
4)      Model Cohort
Model ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap informasi mengenai fonetik dan akustik bunyi padakata yang didengar yang dapat memicu ingatan kita dan memproses dengan memilih kata yang paling sesuai.
5)      Model TRACE
Model ini menyatakan adanya konteks leksikal yang dapat membantu secara langsung pemprosesan secara perseptual dan secara akustik.
e.       Persepsi Ujaran dalam Konteks
Persepsi terhadap suatu bunyi dapat dipengaruhi oleh kecepatan ujaran dan pengetahuan sintaksis maupun semantik. Jika perbedaan lafal suatu bunyi pendengar akan menganggap sama bilaperbedaannya merupakan akibat dari adanya bunyi lain yang mempengaruhinya.


Daftar Pustaka
Dardjowidjojo, Sunjono. 2003. Psiko-Linguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta : Yayasan Obor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar